Rahim Pengganti

Bab 58 "Aku Talak Kamu"



Bab 58 "Aku Talak Kamu"

Bab 58     

Aku talak kamu     

Siska, bersama dengan Jodi dan Elang saat ini duduk di kantin menunggu Bian datang. Sangat sulit meminta abangnya itu untuk sedikit menjauh dari Carissa. Bian masih tidak mau sesuatu hal buruk terjadi kepada istrinya itu lagi.     

"Bian lama banget," ujar Jodi.     

"Diam aja. Tungguin, paling bentar lagi. Gue yakin, dia akan segera datang. Loe tahu gimana khawatir nya Bian."     

"Tapi gak gitu ...,"     

"Itu Mas Bian," potong Siska. Keduanya menoleh ke arah belakang. Bian berjalan ke meja mereka tatapan pria itu terlihat sangat datar. Bian lalu duduk di kursi yang sudah mereka siapkan untuknya.     

"Sorry. Gue harus benar benar yakin dulu," ucap Bian.     

"Kita tahu kok," jawab Jodi.     

Ketiga terdiam. Bian menatap mereka satu dengan lainnya, tak ada satu suarapun yang terdengar. Hingga akhirnya Bian menghela napasnya berat dan mulai berkata. "Kalau kalian cuma mau diam, mending sekarang gue pergi dari sini."     

Baru saja Bian akan beranjak dari tempatnya, Siska langsung bersuara. "Tunggu Mas." Bian kembali duduk di tempatnya, Siska dengan ragu menatap ke abangnya itu. Gadis itu takut, jika Bian tidak menerima apa yang dia kata kan. Karena Siska tahu bagaimana perasaan Bian terhadap Della yang terlalu mencintai padahal sudah selalu disakiti.     

"Aku cuma minta izin sama kamu Mas. Aku gak mau hal seperti ini terjadi, jadi meskipun kamu gak memberikan aku izin. Aku tetap akan melakukannya," ucap Siska. Bian hanya diam membiarkan adiknya itu untuk bicara. Siska menjelaskan semuanya maksud serta tujuan dirinya kenapa meminta hal itu.     

Bian hanya memasang wajah datarnya, pria itu sudah menduga jika hal ini akan terjadi. Dia yakin bahwa Siska tidak akan tinggal diam, jika itu berurusan dengan Carissa dan ternyata benar.     

"Gue tahu, dan gue udah menyiapkan sebuah rencana. Jadi gue harap loe gak usah ikut campur," ucap Bian. Hal itu sontak membuat mata Siska melotot tajam, Siska menatap ke arah kedua pria yang hanya diam sejak tadi.     

"Jangan bilang kalau kalian berdua juga sudah tahu rencana Mas Bian," tuduh Siska.     

Elang dan Jodi kembali diam, ucapan yang dilontarkan oleh Siska memang benar adanya. Mereka sudah tahu, dan ada misi penting yang akan keduanya lakukan. Bian bukan lagi budak cinta Della, pria itu sudah terlanjut membenci wanita yang sudah bertahun tahun, hodipt dengannya itu. Rasa cinta Bian terhadap Della sudah hilang, bersamaan dengan semua hal yang sudah terbongkar.     

Bian tidak bisa menerima perselingkuhan yang ternyata sudah lama dilakukan oleh Della, yang lebih menyakitkan lagi adalah pria yang menjadi tempat tidur istrinya itu adalah Aiden sepupunya sendiri.     

"Jangan bilang loe juga udah tahu hubungan Della sama Mas Aiden?" tanya Siska. Bian mengangukkan kepalanya, gadis itu tersenyum lebar ketika tahu, tetap hal yang sebenarnya. Siska bersorak bahagia, hingga membuat orang orang yang ada di sana menatap ke arah mereka.     

"Kenapa baru sekarang Mas. Selama ini kamu ke mana aja, astaga Mas. Aku tuh, kesel banget tahu gak. Bodoh banget sih kamu," ucap Siska dengan frontal. Mendengar hal itu tidak membuat Bian marah, emang yang diucapkan oleh adiknya itu adalah benar. Harusnya sejak awal Bian tidak menutup mata dengan semuanya, sehingga hal seperti saat ini tidak terjadi.     

Menyesal pun semua sudah terjadi, yang bisa dilakukan oleh Bian saat ini adalah memperbaiki semuanya dan memulai semuanya dengan Carissa.     

"Apa rencananya Mas?" tanya Siska. Bian hanya tersenyum, lalu menggeleng kan kepalanya. Pria itu tidak mau melibatkan Siska dalam rencana ini.     

"Gak perlu tahu, yang jelas semuanya akan berakhir setelah ini," ucap Bian dengan berani. Terlihat jelas dari raut wajahnya, pria itu sudah tidak mau bermain main lagi dengan semuanya. Bian sudah lelah dengan kebohongan demi kebohongan yang dilakukan oleh Della.     

***     

Saat ini Della sedang bersiap, sejak Bian mematikan panggilan telpon tadi wanita itu sudah bersiap untuk pergi bersama suaminya.     

"Kamu mau ke mana?" tanya Aiden, pria itu baru saja pulang. Sudah selama beberapa hari ini kedua nya tinggal bersama, bahkan Della juga sudah tidak pernah pulang ke rumah yang dibelikan oleh Bian untuknya.     

"Bian tadi nelpon. Kata nya mau ketemu," jawab Della. Mendengar nama Bian membuat Aiden kesal, pria itu tidak pernah mau melihat Della bertemu atau bersama dengan Bian lagi. Sudah sejauh ini, Aiden melakukan semuanya kenapa Della harus kembali bertemu dengan suaminya itu. Aiden berjalan dan mendekati Della, mengecup bahu yang terbuka dengan lebar itu.     

"Aiden jangan seperti ini, kamu tahu aku harus ketemu dengan Bian," ujar Della sembari melepaskan pelukan Aiden. Namun, pria itu tetap mengeratkan pelukannya, bibirnya terus mengekplor leher Della hal itu dapat membuat Della tidak berkutik.     

Della tidak bisa dipancing, wanita itu segera membalik badannya, kedua mata mereka saling bertemu deburan napas keduanya saling bersaut sautan. Bibir Aiden langsung menyatu dengan bibir milik Della, keduanya berciuman dengan mesra tidak ada nafsu di sana.     

Kegiatan itu hanya berlangsung lima belas menit, Della langsung menghentikan kegiatan mereka. Wanita itu tidak mau terlambat bertemu dengan Bian.     

"Nanti setelah aku bertemu dengannya, kita bisa lanjutkan. Okei, see you sayang," ucap Della sembari mengecup singkat bibir Aiden. Pria itu hanya bisa menatap punggung Della yang sudah keluar dari dalam apartemen mereka, pria itu mendesah panjang. Melihat wanitanya lebih memilih bertemu dengan pria lain dibandingkan bersama dengannya, memadu kasih saling menghangatkan diatas tempat tidur.     

Bian menunggu kedatangan istrinya itu di sebuah restoran terkenal. Pria itu sengaja datang lebih awal, untuk menyiapkan semuanya. Tak lama Della sudah ada di sana, wanita itu memakai pakaian yang sangat seksi, jika dulu Bian akan sangat senang melihatnya berbeda dengan saat ini.     

Pria itu sangat muak dengan apa yang digunakan oleh Della, bahkan kalau bukan untuk mengakhiri semuanya maka Bian tidak akan pernah sudi berada dalam satu meja dengan Della.     

"Udah lama menunggu?" tanya Della.     

"Gak kok baru aja."     

"Aku kangen kamu," ucap Della sembari ingin mengecup bibir Bian. Namun, pria itu menolak. "Kita makan yok, aku udah lapar," ucap Bian.     

"Oh. Oke," jawabnya. Bian tidak akan pernah mau, bersentuhan lagi dengan Della. Pria itu tidak suka berbagi, dan Della tidak membagi tubuhnya untuk pria lain.     

Keduanya makan dengan tenang, beberapa kali Bian memperlakukan Della dengan baik hal itu semakin membuat Della bahagia. Wanita itu sangat senang, dengan perhatian Bian saat ini. Perhatian yang sudah sangat lama di rindukan olehnya.     

Setelah selesai makan malam bersama, keduanya duduk menikmati suara musik yang begitu indah. Posisi duduk Della saat ini sudah berada di samping Bian.     

"Aku rindu kamu Mas," ucapnya dengan nada bicara menggoda. Bian hanya menatap datar, ke arah wanita itu.     

"Aku ada kejutan untuk kamu," ucap Bian. Mendengar kejutan membuat mata Della bersinar cerah. Wanita itu, segera meminta Bian untuk memberitahukan kejutan apa yang akan diberikan suaminya itu.     

Sebuah layar belakang itu menyala, semua orang di sana menatap ke arah depan. Di dalam rekaman itu, terlihat kebersamaan Della dengan Bian. Keduanya saling tertawa bahagia, dengan kebersamaan yang terjalin. Hingga tayangan di depan layar itu menunjukkan beberapa cuplikan yang mampu membuat Della terdiam.     

Bukti demi bukti ada di depan sana, bisik bisik orang yang ada di sana sudah tidak terbendung. Rasanya Della sudah tidak berani menatap orang orang, tangannya sudah mengepal kesal dengan apa yang terjadi.     

"Apa apaan ini Mas?" tanya Della dengan nada bicara tinggi. Bian hanya menatap wanita di depannya saat ini dengan, tatapan benci lalu Bian tersenyum sinis.     

"Kenapa? Ini adalah sebuah fakta bahwa, dibelakang suaminya wanita yang selalu dijaga dan puja ternyata berbagi tempat tidur dengan pria lain."     

Suara gemuruh orang orang di sana terdengar jelas, banyak orang mencaci dan memaki Della. Keduanya saling melempar bentakan, Della tidak terima dengan apa yang terjadi sedangkan Bian hanya menatap datar istrinya itu.     

"Mas aku bisa jelaskan semuanya. Aku ... aku dipaksa Aiden, iya aku dipaksa Aiden. Dia sengaja paksa aku Mas, kamu harus percaya. Aku gak pernah mau melakukan hal itu, tapi dia selalu paksa aku Mas, kamu percaya, kan sama aku," ucap Della dengan nada gugup. Wanita itu tidak tahu, jika ada hati yang terluka dengan ucapan yang dia lontarkan. Sedangkan Bian hanya menatap Della dengan tatapan benci. Pria itu tidak mau berada di tempat ini berlama lama.     

"Mas kamu mau kemana. Aku bisa jelaskan semuanya."     

"Tidak ada yang perlu dijelaskan, gue sudah tahu semua kebusukan yang loe lakukan, wanita murahan yang hanya bisa memberikan kepuasan tanpa memikirkan apa yang dilakukan."     

"Ini semua pasti ulah Caca, apa yang wanita itu katakan sama kamu Mas. Kamu gak bisa dengerin dia Mas. Apa yang dia katakan semuanya tidak benar Mas."     

"Jangan pernah libatkan orang lain dalam masalah kamu," ucap Bian dengan nada datar.     

"Tidak!!! Aku akan bunuh dia, dia selalu jadi penghalang kebahagian aku," teriak Della. Mendengar hal itu membuat, Bian merandang, pria itu menatap tajam ke arah Della.     

"Jangan pernah, melakukan apa pun. Jika kamu tidak mau berurusan dengan aku, mulai detik ini aku talak kamu."     

Duarrrr!!!     

###     

Lanjut?     

Atau stop??     

Selamat membaca yaaa, sehat terus buat kita semua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.